Rabu, 13 Juni 2012

Artikel Autis , ADH & JIwa


Artikel
Autis, ADHD & Jiwa
Utuk Memenuhi Tugas Jiwa


Oleh :
Selvia Leli Agus Anika
2C
05201011017


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
S1 Keperawatan
Tahun Ajaran 2012/2012
Mojokerto


Stop Use This Word as a Joke
Posted on April 2, 2011 by mithonk
Kata Autis mungkin sudah tidak asing lagi dalam masyarakat. Banyak orang yang mengira autisme sama dengan keterbelakangan mental, namun kedua gangguan tersebut sama sekali berbeda. Meskipun tidak sedikit penderita autisme yang memiliki IQ yang rendah, namun banyak juga penderita autis yang memiliki inteligensi rata-rata bahkan jenius.
Centre for Disease Control and Prevention mengemukakan bahwa angka kejadian autisme di Amerika Serikat meningkat setiap tahunnya. Jika pada tahun 2002, satu dari 150 anak menderita autisme, kini satu dari 110 anak menderita gangguan tersebut. Bandingkan dengan data yang diperoleh Autism Research pada tahun 1987, dimana ”hanya” satu dari 5000 anak yang menderita autisme. Sayang sekali tidak ada data yang akurat mengenai penderita autisme di Indonesia, namun diperkiran perbandingan penderita di Indonesia tidak berbeda jauh dengan perbandingan di Amerika Serikat (www.autis.info)
Kanner (Djohan, 2003) mengemukakan bahwa autisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “autos” atau “sendiri” yang diartikan memiliki keanehan dalam bersosialisasi dengan dunia di luar dirinya. Sedangkan menurut wikipedia, autisme merupakan adalah kondisi yang dialami sejak lahir maupun sejak balita, yang membuat seorang anak tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
Hingga kini, faktor tunggal yang menjadi penyebab timbulnya gangguan autisme belum diketahui dengan pasti. Namun terdapat beberapa teori penyebab autisme, salah satunya adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif (www.autis.info).
Gejala autisme umumnya dapat dideteksi pada usia dua atau tiga tahun. Berikut beberapa gejala autisme berdasarkan Diagnostic Statistical Manual edisi ke-4 (DSM-IV) yang dikembangkan oleh American Psychiatric Association:
1.      Gangguan dalam interaksi sosial (minimal dua):
a.       Tidak mampu menjalin interaksi sosial non-verbal: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju.
b.      Tidak mampu berinteraksi dengan teman sebaya (seusai tingkat perkembangannya).
c.       Tidak mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain (empati).
d.      Kurang mampu melakukan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (dalam dua arah).
2.      Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi (minimal satu):
a.       Bicara terlambat atau bahkan tidak sama sekali (tidak ada usaha juga untuk berkomunikasi non-verbal sebagai alternatif).
b.      Jika bisa berbicara, tidak digunakan untuk berkomunikasi.
c.       Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
d.      Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.
3.      Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginative (minimal satu):
a.       Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan.
b.      Terpaku pada suatu gerakan ritualistik yang tidak berguna.
c.       Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
d.      Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
Jika anak anda, ataupun keluarga memiliki gejala-gejala tersebut, jangan malu ataupun segan untuk meminta bantuan pada ahlinya (psikolog ataupun psikiater). Semakin cepat mendapatkan bantuan, maka akan semakin baik. Terdapat banyak terapi penyembuhan bagi penderita autisme. Para orang tua, jangan pernah menyerah, karena autisme merupakan gangguan proses pengembangan, sehingga terapi yang dilakukan juga membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan potensi, kekurangan dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan terapi bermain, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai dasarnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini. Jangan pernah lupa, semua anak membutuhkan kesabaran dan cinta yang tanpa batas dari orang tuanya. Sekali lagi jangan malu jika anak anda menderita autisme. Sayangi mereka apa adanya, karena mereka adalah anugerah dari Tuhan.
Happy World Autism Awareness Day! Salut bagi para orang tua yang memiliki anak yang menderita autisme namun tidak pernah malu dengan kondisi anaknya. Dan bagi orang-orang yang masih menggunakan kata autis sebagai sebuah joke, pernahkah anda menempatkan diri anda di posisi orang tua yang memiliki anak penyandang autisme? Saya sendiri beberapa kali menggunakan kata tersebut sebagai joke dan saya tidak bangga dengan hal tersebut. Maka, kenapa kita tidak membiasakan diri untuk tidak menggunakan kata ‘autis ‘sebagai bahan candaan? :)
Sumber: www.autis.info, wikipedia, psikologi musik (Djohan, 2003)





ADHD
(attention deficit hyperactivity disorder)
ADHD, Kenali Gejalanya sejak Dini EmailCetakPDF
ANAK Anda sulit fokus saat belajar? Bisa jadi buah hati Anda terkena ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Sebab itu, kenali gejalanya sejak dini. 


ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian(inattentiveness), aktivitas berlebihan (overactivity) dan perilaku impulsif (impulsivity) yang tidak sesuai dengan umumnya.

Dr dr Dwidjo Saputro SpKJ (K) mengatakan, ADHD merupakan kelainan psikiatrik dan perilaku yang paling sering ditemukan pada anak. ADHD dapat berlanjut sampai masa remaja, bahkan dewasa. Pada anak usia sekolah, ADHD berupa gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Sementara pada anak dan remaja dan dewasa juga menimbulkan masalah yang serius.

Kurangnya perhatian adalah salah satu gejala ADHD. Biasanya anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail. Atau anak selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau aktivitas lain. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara. Dan atau pelupa dalam aktivitas sehari-hari.
Gejala kedua yang harus diwaspadai adalah hiperaktivitas yang menetap selama 6 bulan atau lebih dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan. Gejala hiperaktivitas itu di antaranya anak sering bermain jari atau tidak dapat duduk diam. Ia sering kali meninggalkan kursi di sekolah atau situasi lain yang memerlukan duduk di kursi. Anak juga sering lari dan memanjat berlebihan di situasi yang tidak tepat, selalu bergerak seperti didorong motor. 


Sedangkan pada gejala implusivitas, misalnya sering menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, sering sulit menunggu giliran, dan sering menginterupsi atau mengganggu anak lain, misalnya menyela suatu percakapan.

"Anak ADHD sering dianggap anak nakal, malas, ceroboh, dan lain-lain. Padahal terapi yang tepat akan menghilangkan gejala pada anak ADH," kata ahli kejiwaan yang juga pendiri dari Smart Kids Clinic-klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar ini. Biasanya gejala hiperaktif-impulsif mulai terlihat sebelum umur 7 tahun. Gejala terjadi di dua situasi berbeda atau lebih, misal di sekolah dan di rumah.

Selain itu gejala bukan merupakan bagian gangguan perkembangan pervasif (autisme), schizophrenia, atau gangguan jiwa berat lain, dan bukan disebabkan gangguan mood, kecemasan atau ansietas, gangguan disosiasi atau gangguan kepribadian. "Orang tua harus hati-hati dalam menentukan apakah anak ADHD atau tidak," ucap dokter yang kemudian mengambil spesialisasi di FKUI itu.

Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan kombinasi keterangan mengenai riwayat penyakit, pemeriksaan medis, dan observasi terhadap perilaku anak. Keterangan ini sebaiknya diperoleh dari orang tua, guru, dan anak sendiri.


Observasi bisa dilakukan pada saat anak melakukan pekerjaan terstruktur di kelas, atau saat anak sedang bermain bebas bersama anak lain. Walaupun ADHD seharusnya muncul di setiap situasi, gejala mungkin tidak jelas bila penderita sedang melakukan aktivitas yang disukainya, sedang mendapat perhatian khusus atau berada dalam situasi yang memberi penghargaan pada tingkah laku yang normal. Dengan demikian, pengawasan selintas di kamar praktik sering gagal untuk menentukan ADHD.

Sementara dokter yang juga merupakan pakar autis, Dr Hardiono Pusponegoro SpA (K) menuturkan bahwa sebenarnya jumlah penderita penyakit ini tidak meningkat. "Penyakit yang sering disertai dengan gangguan psikiatri lain ini bukan meningkat, tetapi semakin banyak orang yang tahu tentang penyakit ini," ucap dokter dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.

Bila dikelola dengan baik, ADHD bisa dicegah. Namun, bila tidak ditangani secara dini, kasus ADHD dapat menjadi pemicu pengguna awal minuman beralkohol, rokok, dan narkoba pada usia muda.(Koran SI/Koran SI/tty)
















Mengenal Karakteristik Anak Indigo
Kategori : Umum    kirim ke lintas.me  
Sekarang ini sering kita dengar tentang anak indigo, bahkan tidak jarang kita temui anak-anak dengan kelebihan ini di sekitar kita. Telah banyak ahli yang meneliti mengenai karakteritik atau ciri sifat yang membedakan antara anak indigo dengan anak normal yang lain. Untuk itu tidak ada salahnya jika kita mengetahui tentang karakteritik dan perilaku seperti apa yang sering ditunjukkan oleh anak indigo ini.

Anak indigo merupakan generasi baru yang terlahir di dunia ini. Anak ini memiliki karakteristik yang unik yang membedakan dengan generasi sebelumnya. Istilah indigo ini mengindikasikan aura dalam warna kehidupan. Kata indigo sendiri diambil dari nama warna yaitu indigo, yang dikenal sebagai warna biru sampai violet. Indigo sendiri juga terkait dengan indera keenam yang terletak pada cakra mata ketiga yang menggambarkan intuisi dan kekuatan bathin yang luar biasa tajam di atas kemampuan orang kebanyakan. Banyak dari mereka memiliki kelebihan dengan bakat yang luar biasa atau secara akademis berprestasi. Anak yang mengalami indigo ini mampu menunjukkan empati yang sangat dalam dan mudah merasa iba, serta tampak bijaksana untuk anak seusianya.

Anak indigo datang ke dunia dengan berbagai misi. Kebanyakan dari mereka merupakan pendobrak suatu tatanan yang salah. Mereka bertugas meluruskan ketidakbenaran dan ketidaksesuaian yang terjadi disekelilingnya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku mereka yang tidak patuh dan kesulitan dalam menjalankan dengan sistem yang ada, misalnya saja penolakan dan sikap kaku terhadap system pendidikan yang ada.

Anak indigo juga sering menunjukkan perilaku memberontak terhadap suatu otoritas, tidak patuh terhadap aturan atau adat, kesulitan dalam mengelola emosinya, sensitive atau rapuh. Tidak jarang pula anak menunjukkan sikap yang sangat dingin dan tidak punya perasaan. Terkadang orang akan melabel anak dengan indikasi gangguan ADD (attention deficit disorder). Bentuk perilaku tersebut terkadang menyebabkan kesulitan bagi anak-anak ini dalam melewati masa kanak-kanak, bahkan dalam melewati masa remaja (Chapman. 2006).

Menjadi indigo tidaklah mudah, tapi hal itu merupakan suatu tugas yang harus dijalankan. Anak indigo merupakan salah satu orang yang hadir dan membawa hal yang baru terhadap suatu kemajuan di bumi ini.

Jan Yordy seorang terapis yang menuliskan tentang anak indigo mencoba mengkategorikan karakteristik anak indigo yang sering ditemui :

- Memiliki keinginan yang kuat, mandiri dengan melakukan apa yang ada di pikirannya daripada mematuhi kehendak orangtua

- Bijaksana dan memiliki tingkat kesadaran dan kebersamaan yang melebihi pengalamannya;

- Secara emosi, mereka dapat dengan mudahnya bereaksi sehingga tidak jarang mereka memiliki permasalahan dengan kecemasan, depresi atau stress;

- Kreatif dalam berpikir dengan menggunakan otak kanan namun tetap harus berusaha belajar dengan menggunakan otak kiri terutama pada sistem di sekolah;

- Anak indigo sering didiagnosis mengalami ADD atau ADHD saat mereka menunjukkan perilaku impulsive (otak mereka memproses informasi lebih cepat) dan mereka harus tetap bergerak agar selalu fokus;

- Anak ini sangatlah peka dan dapat melihat, mendengar atau mengetahui sesuatu hal yang tidak dimiliki orang kebanyakan;

- Anak-anak ini belajar secara visual dan kinestetik, mereka dapat mengingat apa yang terekam dalam otak dan menciptakan melalui tangan;

- Apabila keinginan anak tidak terpenuhi, maka anak merasa kesulitan dan menjadi self centered. Meskipun hal ini bukanlah sifat sebenarnya;

- Anak memiliki potensi dan bakat yang luar biasa, namun dapat hilang begitu saja jika tidak sesuai dengan bentuk pengasuhan.

Dalam menangani anak indigo ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa mereka memiliki kesulitan dalam mengelola emosinya. Pada beberapa anak hal ini disebabkan karena permasalahan kecemasan, kemungkinan perilaku obsesif kompulsif atau kepanikan yang berlebih (panic attack). Penyebab lain muncul karena mereka berusaha keras untuk belajar dan memahami cara yang masih tradisional atau kebiasaan rutin. Sehingga tidak jarang bagi mereka akan memiliki self esteem yang rendah dan mudah menyerah dalam mengerjakan yang diberikan (tugas sekolah misalnya). Terkadang beberapa anak indigo menunjukkan reaksi kemarahan, depresi, bahkan menyakiti diri sendiri yang berlebih yang tidak dapat dijelaskan secara logis bahkan menakutkan bagi orangtuanya.

Anak indigo memiliki getaran energi yang tinggi dengan pola yang menetap, yang kemudian ditunjukkan dengan aura warna indigo pada tubuhnya. Getaran tertinggi ini menciptakan perbedaan terhadap fungsi tubuh dan otak pada anak indigo. Kebanyakan dari mereka berpikir dengan menggunakan otak kanan. Saat stress anak kemudian mengembangkan pengaturan dalam otak, yang mengenyampingkan pemikiran logis dan proses berpikir rasional, sehingga muncul reaksi emosional yang berlebih. Ada pula anak yang menunjukkan dengan perilaku marah, kesedihan atau ketakutan yang mendalam bahkan kecemasan yang berlebih.

Memahami energi dasar dan mampu mengamati keadaan energi pada saat anak sedang tidak stabil sangatlah membantu bagi orang tua atau terapis, terutama saat bekerja sama dengan anak ini. Diperlukan adanya pemahaman dasar mengenai energi dengan mengajarkan pada mereka cara melindungi diri. Hal lain yang tidak kalah penting yaitu dengan mengajarkan anak indigo dan orang tuanya terhadap teknik dalam menyeimbangkan energi dan cara untuk mengurangi tingkat stress pada anak, sehingga anak tidak terpengaruh pada energi yang negatif.

Sumber : Ismira Dewi (kabarindonesia.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar