Rabu, 13 Juni 2012

SAP Malnutrisi


Selasa, 29 Mei 2012
SATUAN ACARA PENNYULUHAN (SAP) Kwashiorkor

SATUAN ACARA PENNYULUHAN
(SAP)
I.                   IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).
Kwashiorkor dijumpai terutama pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa menyusui dan pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya. Sindrom demikian kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama negeri yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa. Penyakit ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging, dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup mahal , sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Akan tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini. Ada berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang kedele, kacang hijau, dan sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui atau tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan, cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan merupakan faktor tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene yang buruk, sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.

II.                PENGANTAR
Bidang studi  : KOMUNITAS
Topik             : Kwashiorkor
Sub Topik      : Kwashiorkor pada anak
Sasaran          : Ibu  an.W
Hari /tanggal  : Selasa, 29 Mei 2012
Waktu            : 20 menit
Tempat          : Jl. Jabon-Mojokerto

III.             TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan mengerti tentang Kwashiokor (Busung Lapar)

IV.             TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIM)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1.      Pengertian Kwashiorkor
2.      Penyebab
3.      Tanda dan gejala
4.      Komplikasi
5.      Pencegahan

V.                MATERI
Terlampir

VI.             METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

VII.          MEDIA
1.      Materi SAP
2.      Leaflet
VIII.       KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
1.
2 menit
Pembukaan :
*     Memberikan salam
*     Menjelaskan tujuan pembelajaran
*     Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan
*     Menjawab salam
*     Mendengarkan dan memperhatikan
2.
10 menit
Pelaksanaan :
*     Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur
Materi:
1.      Pengertian Kwashiorkor
2.      Penyebab
3.      Tanda dan gejala
4.      Komplikasi
5.      Pencegahan
*     Menyimak dan memperhatikan
3.
6 menit
Evaluasi :
Meminta kepada ibu-ibu untuk menjelaskan atau menyebutkan kembali :
1.      Pengertian Kwashiorkor
2.      Penyebab
3.      Tanda dan gejala
4.      Komplikasi
5.      Pencegahan
*     Bertanya dan menjawab pertanyaan
4.
2 menit
Penutup :
*     Menucapkan terimakasih dan mengucapkan salam
*     Menjawab salam












IX.             PENGESAHAN

                                                                           Mojokerto, 29 Mei 2012
              Sasaran                                                                        Pemberi Penyuluhan



Ibu an.W                                                                     Selvia Leli Agus Anika                                                  


X.                EVALUASI
1.      Essay
2.      Pertanyaan :
a)      Apa itu Khashiorkor?
b)      Sebutkan dan jelaskan dengan singkat penyebab dari khashiorkor?
c)      Sebutkan dan jelaskan dengan singkat Tanda gejala kwashiorkor minimal tiga?
d)     Sebutkan dan jelaskan dengan singkat komplikasi yang dapat terjadi akibat dari penyakit kwashiorkor?
e)      Bagaimana cara pencegahan pada penyakit kwashiorkor?

XI.             LAMPIRAN MATERI
KWASHIORKOR PADA ANAK
A.    PENGERTIAN KWASHIORKOR
Kwashiorkor (Busung Lapar) adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
Walaupun sebab utama penyakit ini ialah defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan makanan yang dimakan itu juga kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi protein disertai defisiensi kalori sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala kwashiorkor maupun marasmus.

B.     PENYEBAB KWASHIORKOR
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun ,namun dapat pula terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:

1)      Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

2)      Faktor social
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

3)      Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

4)      Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.



C.     TANDA DAN GEJALA
Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup letargi,apati, dan iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa pertumbuhan yang tidak memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot, menjadi lebih peka terhadap serangan infeksi dan edema. Nafsu makan berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor dan lembek serta ketegangan otot menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini atau kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara dini,kegagalan mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang terjadi ,yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat pada muka dan anggota gerak.
1.      Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema.
2.      Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3.      Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4.      Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5.      Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang.
6.      Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
7.      Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8.      Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik.
9.      Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10.  Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan.
11.  Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan hipmagnesemia.
12.  Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.
13.  Dermatitis juga lazim ditemukan Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari.. Rambutnya biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau abu-abu.Otot-otonya tampak lemah dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit yang berlebihan.


D.    KOMPLIKASI
      Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun . Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.

E.     PENCEGAHAN
Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari protein (12 % dari total kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup lemak. Protein terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelei.









XII.          DAFTAR PUSTAKA

Benjamin W. Van Voorhees, MD, MPH, Assistant Professor of Medicine and Pediatrics, Article on Kwashiorkor, University of Chicago, Verimed Healthcare Network, http//www.medlineplus.com

Repulika Company, Kwasiorkor, Republika Online, http://www.republika.co.id

 Anonymous. Malnutrisi. Medicastore.com.

Askep Keluarga Prasekolah

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pada ANAK PRASEKOLAH




S1 Keperawatan
Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Tahun Ajaran 2012/2013
MOJOKERTO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Pada usia prasekolah anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang dalam proses awal pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang dulunya tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yang rentan berbagai penyakit yang akan mudah menyerang anak usia ini dan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh para praktisi kesehatan yang juga usaha-usaha pencegahan adalah usaha yang tetap paling baik dilakukan.
Berkaitan dengan uraian diatas maka dalam makalah ini penulis menguraikan beberapa masalah kesehatan yang banyak dijumpai pada anak usia ini serta usaha pencegahan dan penanganannya terutama yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan menyangkut satu masalah yang paling menonjol sehingga muncul satu diagnosa keperawatan.

1.2         Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1.    Mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan anak usia prasekolah
2.    Mempelajari asuhan kerperawatan keluarga pada anak usia prasekolah
3.    Untuk menamba pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga khusunya pada anak usia prasekolah

1.3.    Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat :
1.    Bagi mahasiswa agar sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan baik dan benar.
2.    Bagi para pembaca, sebagai bahan bacaan dan referensi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah (3-5 Tahun)
Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri seperti mandi, makan, minum, mengosok gigi, BAB dan BAK, dll.

2.2         Bimbingan Selama Fase Prasekolah
          Usia 3 Tahun
−   Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan yang lebih luas.
−   Anjurkan untuk mendaftarkan anak ke TK.
−   Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu,
−   Anjurkan orangtua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang ragu/bimbang.
−   Perubahan pada usia 3 ½ tahun : anak akan menjadi kurang koordinasi (antatorik dan emosi), gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku seperti bicara gagap.
−   Orang tua harus memberikan perhatian yang extra sebagai refleksi dari kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang tua.
−   Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 tahun akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 tahun.
−   Antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak.
−   Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah cedera.



Usia 4 Tahun
−   Persiapakan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktivitas motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.
−   Bersikap menentang terhadap orangtua
−   Explorasi perasaan ortu berkenaan dengan tingkah laku anak.
−   Masukkan anak ke TK
−   Persiapan untuk peningkatan keinginan tahuan anak tentang sex.
−   Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak.
−   Anjurkan untuk belajar berenang jika belum dilakukan pada usia sebelumnya.
−   Adanya mimpi buruk; beritahu orangtua bahwa anak, sering anak terbangun karena adanya mimpi yang menakutkan.
−   Tenangkan Ibu, bahwa masa yang tenang pada anak dimulai pada usia 5 tahun.
Usia 5 Tahun
−   Masa tenang pada usia 5 tahun
−   Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah.
−   Pastikan kelengkapan immunisasi sebelum memasuki sekolah.

2.3         Masalah-masalah Kesehatan Yang Timbul Pada Anak Usia Prasekolah
NO
MASALAH / PENYAKIT
MANAJEMEN TERAUPETIK DAN KOMPLIKASI
PERTIMBANGAN
KEPERAWATAN
1.
Diare (Gastroenterologi)
Agen pembuka : Bakteri dan virus.

Sumber :
Makanan basi,
beracun, alergi
terhadap makanan

Masa Inkubasi :
Bayi : BAB ≥ 3x / 24 jam
Anak : BAB ≥ 3x / 24 jam

Manifestasi Klinis :
Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meninggi cair dan mungkin
disertai dengan lendir atau darah.
Komplikasi :
Dehidrasi
Renjatan hipovelemik
Hypocalanta
Intoleransi laktosa  sekunder
Kejang
KEP
Obat:
Anti sekresi
Anti spasmolitik
Pengeras tinja
Anti biotika
- Memberikan cairan\
- Diatelik (pemberian makanan)
2.
Variacela (cacar air)
Agen pembawa :
Variacell Zooster

Sumber : Sekresi primer saluran pernafasan dan organ terinfeksi, pada tingkatan lesi kulit yang lebih rendah.

Transmisi :
Kontak langsung terkontaminasi oleh objek penularan.

Masa Inkubasi :
2 –3 minggu biasanya 13-17 hari.

Masa Penularan :
Biasanya 1 hari setelah erupsi lesi (masa awal) sampai 6 hari setelah banyak muncul vesikel ketika kerak kulit terbentuk.
Manifestasi Klinis :
Tahap Awal :
Demam ringan, malaise, anorexia, pertama kali 24 jam,
ruam dan gatal sekali, mulai muncul makula, dengan cepat
berkembang menjadi papula dan menjadi vesikel (dikelilingi oleh dasar eritematosus menjadi gelembung,mudah pecah dan membentuk (kerak). Ketiga
tahapan (Papula, vesikel dan kerak kulit) hadir dalam tingkatan berbeda dalam waktu yang sama.

Distribusi :
Sentripetal, menyebar ke wajah dan tubuh tapi jarang pada tungkai dan lengan.

Gejala :
Elevasi suhu dari limfadenopaty, iritasi dari gatal-gatal.
Kekhususan :
Biasanya tidak ada, agent
anti viral (ocyclovir) untuk
resiko tinggi anak terinfeksi, Varicella Zooster immunoglobin
(VZIG) setelah pembukaan
pada anak yang beresiko
tinggi.

Obat :
Diphenhidramin
hydrokhlorida atau antihistamin untuk menghilangkan gatal;
perawatan kulit untuk
mencegah infeksi bakteri
kedua.

Komplikasi :
Infeksi pada tahap
kedua (bisu, selulitis,
pneumoni,sepsis).
Enchepalitis
Varicella Pneumoni
Peredaran Varicella
(perdarahan kecil pada
vesikel dan ptekia pada
kulit).
Kronik atau transsient
trombositopenia.
Ø   Lakukan isolasi ketat dirumah sakit.
Isolasi anak
dirumah sampai
vesikel mengering
(biasanya 1 mingu setelah terinfeksi) dan
isolasi anak yang
beresiko tinggi terinfeksi.
Beri perawatan
kulit; mandi dan berganti pakaian setiap hari, beri olesan lotion; calamine; potong dan bersihkan
kuku.
Mengurangi gatalgatal.
Hindari mengupas
kulit kerak yang
menggosok dan
membuat iritasi.
3.
Difhteria
Manifestasi Klinis :
Bervariasi menurut lokasi anatomi
Pseudomembran.

Nasal :
Menyerupai flu, nasal
mengeluarkan serosanguineous mukous
purulent tanpa gejala-gejala
pokok: tampak seperti epistaksis.
Tonsilar/pharyingeal :
Malaise, anorexia, tenggorokan sakit, sedikit demam, pulse meningkat dari yang diharapkan selama 24 jam, membran melembut, putih atau abu-abu; timbulnya limfadenitis jika penyakitnya parah timbul toximea, septik syok, dan meninggal dalam 6-10 hari.
Lharyngeal :
Demam : serak, batuk, tanpa ada tanda awal, potensial
penghambatan jalan udara, gelisah, cyanosis, retraksi
dyspnieu.
Antitoksin (biasanya
melalui intravena diawali dengan test kulit dan konjungtiva untuk mengetes sensitifitas terhadap serum.

Antibiotik (penisillin
atau erythromycin).
Bedrest total (pencegahan miokarditis)
Tracheostomy untuk
penghambatan jalan udara.
Perawatan carrier dan
kontak terhadap orang
yang terinfeksi.
Komplikasi :
Miokarditis (minggu kedua), neuritis.
Lakukan isolasi
ketat di rumah sakit.
Berpartisipasi
pada test sensitifitas; beri epineprin jika ada
Beri antibiotik,
amati tanda-tanda
sensitifitas terhadap penisilin.
Gunakan suction
jika perlu
Beri perawatan
komplit untuk memperoleh bedrest.
Atur kelembaban
untuk pencairan
optimum sekresi.
Amati respirasi
untuk tanda-tanda
penghambatan.
4.
Rubeola (campak)
Agent pembawa : Virus

Sumber :
Sekresi saluran nafas,darah dan urine dari orang yang terinfeksi.


Transmisi :
Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Masa inkubasi : 10 – 20 hari.

Periode penularan :
Dari 4- 5 hari setelah ruam-ruam muncul tetapi terutama
selama tahapan awal (catharal).
Manifestasi klinis :
Fase prodromal :
Tidak dijumpai pada anak-anak, namun dijumpai pada remaja dan dewasa yang ditandai dengan demam ringan, sakit kepala, malaise,
anorexia, konjungtivitis ringan, coryza, sakit
kerongkongan, batuk dan limfadenopaty. Paling sedikit 1-5 hari, menghilang 1 hari setelah terjadinya ruam.

Ruam :
Pertama kali muncul di wajah dan dengan segera menyebar
keleher, lengan batang tubuh dan kaki.
Diakhiri hari pertama ditutupi dengan bercak-bercak kemerahan makulo pupalar, biasanya hilang pada hari
ketiga.

Tanda dan gejala :
Demam ringan yang muncul kadangkadang, sakit kepala,
malaise dan limfadenopaty.
Tidak ada perawatan lain
yang perlu kecuali antipiretik untuk demam
dan analgesik untuk nyeri.
Komplikasi :
Jarang terjadi (arthtritis,
enchepalitis, atau purpura); penyakit-penyakit menular yang sering dijumpai pada masa anak-anak; bahaya
terbesar adalah efek
teratogenik pada janin.
Yakinkan
orangtua bahwa
vesikel-vesikel adalah suatu proses penyakit  yang alami pada anak-anak yang terinfeksi.
Gunakan sentuhan lembut jika diperlukan
Jauhkan anak dari
wanita hamil.
5.
Pertusis
Agent :
Bordettela pertusis

Sumber :
Masuknya dari saluran
pernafasan dari seseorang
yang terinfeksi.

Penularan :
Kontak langsung dan droplet.

Masa inkubasi :
5-21 hari, biasanya 10hari.

Perkembangan :
Yang paling besar selama catharal (radang selaput lendir)
sebelum munculnya (kambuhnya kembali dan menghilang pada minggu ke 4 setelah munculnya kembali
gejala penyakit).

Manifestasi klinik :
Stadium kataralis
Batuk ringan pada malam hari, anorexia
Stadium spasmodik
Batuk bertambah berat dan terjadi paroximal berupa
batuk-batuk khas, keringat, dilatasi pembuluh darah leher dan muka, muka merah, sianosis.
Stadium konvalensi
Pada minggu ke-4 beratnya serangan batuk berkurang nafsu makan timbul kembali,
ronchi difus mulai menghilang.
Pemberian antibiotik
Eythromycin, ampisillin,
kotrimaxazol, khloramfenikol,
expextoransia dan mukolitik, codein diberikan bila terdapat batuk yang hebat sekali.
Luminal.
Komplikasi :
Otitis media, bronkitis,
bronkop neumonia,
ateletaksis, emfisema,
muntah-muntah berat,
emasiasi, prolapsus rectum, kongesti dan
edema otak.
Anjurkan untuk
bedrest
Berikan kompres
panas dan dingin.
Berikan diit makanan cair dan lunak
6.
Parasitis intestinal Askariasis
Agent
Askaris lumbricoides.

Sumber :
Faeces

Masa Inkubasi :
2-3 minggu

Manifestasi Klinis :
Infeksi ringan
Asimptomatik
infeksi berat
anorexia, iritabilitas, ketakutan, perut besar, penurunan berat badan, demam dan kolik.
Infeksi parah
gangguan usus, usus buntu, perforasi usus dengan peritonitis, gangguan empedu,
paru dan pneumonitis.
1. Piperazin sitrat
(antepar)
2. Hexilresorsinol
3. Oleumkenopodii
4. Santonin
5. Pirantel pamoat
(combantrin)
6. Papain (fellardon
Memberikan penyuluhan pada
orangtua pentingnya
menjaga higienis dan
sanitasi lingkungan.















2.4         Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Prasekolah yang Menderita Diare
A.  PENGKAJIAN
1.    Data Umum
·     Kepala Keluarga (KK)
·     Alamat dan telepon
·     Pekerjaan KK
·     Pendidikan KK
·     Komposisi keluarga
(Daftar nama-nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Nama, Jenis Kelamin, Umur penderita, hubungan dengan Kepala Keluarga dan status imunisasi serta Genogram. Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada yang menderita diare/diare kronis sebelumnya.)
No.
Nama
Jenis
Hub.
Kel.
KK
Umur
Pendidikan
Status imunisasi
Ket.
BCG
Polio
DPT
Hepatitis
Campak
1
2
3
1
2
3
1
2
3










































































·     Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
·     Suku bangsa
Adat istiadat di tempat tinggal keluarga, suku bangsa, agama, sosial, budaya, rekreasi, kegiatan pendidikan, kebiasaan makan dan berpakaian. Adanya pengaruh budaya pada peran keluarga dan kekuatan struktur, bentuk rumah, bahasa yang digunakan sehari-hari, komunikasi dalam keluarga, penggunaan  tempat pelayanan kesehatan.
·     Agama
Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang aktif diikuti.
·     Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga, yang terdiri dari lima tingkatan yaitu : Keluarga Prasejahtera, Keluarga Sejahtera Tahap I, Keluarga Sejahtera Tahap II, Keluarga Sejahtera Tahap III dan Keluarga Sejahtera Tahap IV (III Plus).
·     Aktivitas rekreasi keluarga
Identifikasi aktivitas dalam keluarga, frekuensi aktivitas tiap anggota keluarga dan penggunaan waktu senggang.
2.    Riwayat
·      Tahap perkembangan keluarga saat ini